Novel Azab dan Sengsara


Membaca Novel Angkatan 20, 30-an




1. Judul Novel  : Azab dan Sengsara

2. Pengarang   : Merari Siregar

3. Penerbit      : Balai Pustaka

4. Tahun Terbit : 1996

5. Tokoh-tokoh :

  • Mariamin : gadis cantik, lemah lembut, penurut, ramah berbakti kepada orangtua, dan baik hati.
  • Aminuddin : berbudi pekerti luhur, sopan santun, suka menolong, berbakti dan sangat pintar.
  • Sutan Baringin (Ayah Mariamin) : suka membuat masalah, tamak, rakus, keras kepala, tidak peduli pada keluarga, egois, dan pemarah.
  • Nuriah (Ibu Mariamin) : penyayang, sabar, dan baik hati.
  • Baginda Diatas (Ayah Aminuddin) : seorang bangsawan kaya raya yang mulia, namun suka pergi ke dukun untuk menanyakan jodoh Aminuddin.
  • Ibunda Aminuddin : penyayang, baik, dan sabar.
  • Marah Sait : suka menghasut orang lain.
  • Kasibun : suami Mariamin yang kejam dan pintar dalam tipu daya.

6. Tema           : Perkawinan yang dijodohkan oleh orang tua dengan dasar harta dan kekayaan.

7. a) Adat        :

  • Menikahkan anak secara paksa (jodoh dipilihkan orang tua)
  • Harta merupakan pertimbangan dalam menjodohkan anak
  • Poligami (laki-laki dengan istri lebih dari satu)
  • Menikah dengan marga yang berbeda



     b) Kebiasaan:

  • Telekomunikasi jarak jauh menggunakan surat atau telegram
  • Pernikahan dipandang dari asal-usulnya
  • Anak laki-laki pergi merantau mencari pekerjaan
  • Tolong menolong terhadap sesama
  • Sangat mematuhi peraturan adat istiadat

     c) Etika       :

  • Seorang anak berbakti kepada orang tua
  • Penurut dan tidak membantah orang tua
  • Kepatuhan seorang anak kepada orang tuanya
  • Seorang istri berbakti kepada suaminya

     d) Latar sosial : Mengisahkan adat istiadat di Sipirok wilayah Tapanuli, yaitu pernikahan dengan perbedaan marga dan kawin paksa yang didasari oleh harkat dan martabat seseorang serta mempertimbangkan kekayaan.

8. Ringkasan Cerita :

Di sebuah kota kecil, Sipirok yang berada di wilayah Tapanuli pada Pegunungan Bukit Barisan terdapat sebuah keluarga. Keluarga tersebut terdiri dari seorang ibu yang sudah janda, bernama Nuriah. Dia memiliki dua orang anak. Anak pertama seorang gadis, bernama Mariamin yang memiliki paras cantik dan berbudi pekerti halus. Anak kedua laki-laki yang berusia empat tahun.

Sebelum Sutan Baringin (ayah Mariamin) meninggal, kehidupan Mariamin sangat berkecukupan dan tidak kurang suatu apapun. Namun harta yang banyak itu akhirnya lenyap habis diakibatkan oleh perilaku Sutan Baringin yang serakah, rakus, keras kepala, dan tidak peduli kepada istri serta mudah terhasut orang lain. Akibat perbuatannya itu, kehidupan yang awalnya berkecukupan menjadi sengsara dan miskin. Sampai pada nasib terakhir Sutan Baringin terkena penyakit sampai akhirnya dia meninggal.

Keluarga Mariamin tinggal di sebuah gubuk kecil dekat Sungai Sipirok. Mereka hidup penuh kesengsaraan dan kesedihan. Semua dijalaninya dengan penuh keikhlasan dan kesabaran, tidak pernah mengeluh dan putus asa. Semua permasalahan hidupnya diserahkan kepada Allah SWT.

Mariamin mempunyai kekasih bernama Aminuddin, dia adalah anak dari Baginda Diatas seorang bangsawan kaya yang sangat disegani masyarakat karena sifatnya yang mulia. Hubungan mereka ternyata tidak mendapat restu dari Baginda Diatas karena keluarga Mariamin adalah keluarga miskin dan bukan dari golongan bangsawan.

Suatu ketika Aminuddin memutuskan untuk pergi meninggalkan Sipirok pergi ke Deli (Medan) untuk bekerja dan berjanji pada kekasihnya untuk menikah jika telah mampu menghidupinya.

Sepeninggal Aminuddin, Mariamin sering berkirim surat dengan Aminuddin. Dan ia selalu menolak lamaran yang datang untuk meminangnya karena kesetiaannya pada Aminuddin. Setelah mendapat pekerjaan di Medan, Aminuddin mengirim surat untuk meminta Mariamin untuk menyusulnya dan menjadi istrinya. Kabar itu disetujui oleh ibunya Aminuddin, tetapi Baginda Diatas diam-diam pergi ke dukun untuk menanyakan siapakah jodoh sebenarnya Aminuddin.

Aminuddin menyuruh ayahnya agar melamar Mariamin. Tapi ayah Aminuddin malah membawa perempuan lain ke Medan dengan alasan Mariamin bukan jodoh Aminuddin. Pendapat itu bersumber dari seorang dukun yang dimintai pendapat ayah Aminuddin. Dengan sangat terpaksa, kecewa, dan menyesal Aminuddin menikah dengan perempuan yang tidak dicintainya karena cintanya hanya kepada Mariamin. Rasa bersalah pada Mariamin ia sampaikan lewat surat serta permohonan ma’af kepada keluarganya. Semua itu bukan kehendak Aminudin untuk meninggalkan Mariamin.

Di Sipirok, Mariamin menikah dengan Kasibun atas anjuran ibunya. Kasibun seorang laki-laki hidung belang yang mengidap penyakit kelamin. Mariamin dibawa ke Medan oleh Kasibun. Di Medan Mariamin sempat bertemu dengan Aminuddin, namun menimbulkan kecurigaan dan rasa cemburu dalam diri Kasibun. Kemudian Kasibun menyiksa Mariamin. Tidak kuat dengan siksaan Kasibun, ia kemudian melapor pada polisi dan Kasibun kalah perkara dengan membayar denda. Kasibun harus mengaku bersalah dan merelakan bercerai darinya. Mariamin merasa bersedih dan ia pulang kembali ke Sipirok. Badannya kurus dan sakit-sakitan, hingga akhirnya Mariamin meninggal dunia untuk mengakhiri azab dan kesengsaraan di dunia yang fana ini.


TUGAS BAHASA INDONESIA KELAS IX SEMESTER GENAP 2015/2016

Komentar

Postingan Populer