Membuat Cerpen
Handphone Kejujuran
“Kriingg.. Kriingg!” bel berbunyi tanda jam pelajaran telah
usai. Para siswa berhamburan untuk segera pulang. Termasuk juga Iwan, seperti
biasa ia pulang berjalan kaki. Terik matahari yang menyengat kulit sudah tak
dihiraukan lagi oleh Iwan.
Saat
perjalanan pulang, Iwan menemukan sebuah handphone
tergeletak di jalan raya, “Wah, hand phone
ini bagus banget! Tapi punya siapa ini?” ujar Iwan sambil melihat hand phone itu. “Hand phone ini aku bawa pulang saja deh! Pemiliknya pasti orang
kaya, dia bisa beli hand phone baru
yang lebih canggih dari hand phone
ini,” kata Iwan sambil membawa pulang hand
phone temuannya.
Setibanya di rumah, Iwan langsung
meminjam charger hand phone milik
ibunya. “Bu, aku pinjam charger hand
phone ya?” katanya. “Memangnya kamu punya hand phone?” tanya ibu. “Aku menemukan hand phone di jalan, Bu.” Jawab Iwan sambil menunjukkan hand phone temuannya. “Sebaiknya kamu
kembalikan hand phone ini ke
pemiliknya, pasti dia sangat cemas,” ucap ibu. “Tidak perlu, Bu. Aku yakin
pemiliknya hand phone ini orang kaya.
Dia bisa membeli hand phone baru yang
lebih canggih,” ujar Iwan seraya meninggalkan ibunya.
Di kamarnya,
Iwan asyik bermain game di hand phone itu. Tiba-tiba ada sms masuk
yang berisi ‘Siapapun yang menemukan hand
phone ini tolong kembalikan ke alamat Jl. Limo. Saya berharap hand phone ini dapat kembali karena hand phone ini pemberian dari anak
saya.’ Setelah membaca sms itu, Iwan tidak membalasnya. “Huh! Sms dari pemilik hand phone ini sangat mengganggu!” kata
Iwan sambil mematikan hand phone itu.
Keesokan
harinya, di sekolah Iwan memamerkan hand
phone temuannya kepada teman kelasnya. Saat Iwan membuka hand phone, terdapat banyak sms dari
pemilik hand phone ini, seperti biasa
ia mengabaikan sms itu. “Ada sms lagi, biarkan saja lah tidak perlu dibalas!”
kata Iwan kesal. Tiba-tiba Pak Deni, guru IPA Iwan menegurnya. “Hei Iwan! Hand phone siapa ini?” tanya Pak Deni.
“Pak Deni bikin kaget saja, hand phone
ini punya saya,” jawab Iwan. “Wah, kelihatannya bagus, boleh saya lihat?” ujar
Pak Deni. “Boleh saja, silahkan Pak!” jawab Iwan sambil menyerahkan hand phone itu. “Hmm.. Hand phone ini sangat canggih!” puji Pak
Deni. “Terima kasih, Pak!” kata Iwan senang.
Sepulang
dari sekolah, Iwan langsung berganti pakaian untuk pergi, tak lupa ia memakai jam
tangan kesayangannya. Namun, ia tidak menemukan jam tangannya. “Bu,kok jam
tanganku
tidak ada di kamar. Ibu tahu tidak?” tanya Iwan cemas. “Coba
kamu cari sekali lagi di kamar-mu!” kata ibu. “Tetap tidak ada, Bu.” ujar Iwan
semakin cemas. “Bagaimana perasaanmu jika jam tanganmu hilang” tanya ibu. “Aku
sangat sedih karena jam tangan itu hadiah ulang tahun-ku,” jawab Iwan. “Itulah
perasaan yang dirasakan pemilik hand
phone ini, sebaiknya kamu mengembalikan hand
phone ini kepada pemiliknya,” ujar ibu menasihati Iwan. Iwan merasa
bersalah dengan apa yang dilakukannya. “Baiklah, Bu. Besok aku akan kembalikan hand phone ini kepada pemiliknya,” kata
Iwan menyesal.
Saat berada
di kamar, Iwan mencoba membalas sms dari pemilik hand phone ini. Iwan sudah memiliki janji dengan pemilik hand phone ini untuk mengembalikan hand phone-nya besok sepulang sekolah.
Pagi hari,
di kelas Iwan belajar seperti biasa. Tiba-tiba ia dipanggil Pak Deni di ruang
guru. “Iwan, kamu dipanggil Pak Deni di ruang guru,” kata Lina. “O.K makasih
informasinya,” jawab Iwan sambil mengacungkan ibu jarinya.
Iwan tiba di
ruang guru. “Assalamu’alaikum,” sapa Iwan. “Wa’alaikumsalam. Silahkan duduk,
Wan!” jawab Pak Deni ramah. “Ada apa Bapak memanggil saya?” tanya Iwan bingung.
“Hand phone yang kemarin kamu
tunjukkan ke saya, sebenarnya hand phone
itu milik saya yang hilang,” kata Pak Deni. Iwan kaget mendengar pernyataan Pak
Deni. “Ternyata pemilik hand phone
ini adalah Pak Deni! Maafkan saya, Pak. Saya akan kembalikan hand phone ini kepada Bapak,” kata Iwan
merasa bersalah. “Tidak masalah, sebenarnya saya ingin menguji kejujuran-mu,”
ujar Pak Deni. “Sekali lagi maafkan saya, Pak!” kata Iwan sambil mengembalikkan
hand phone itu. “Tidak perlu, hand
phone ini untukmu saja sebagai tanda terima kasih sudah ingin mengembalikan
hand phone ini kepada saya,”
kata Pak Deni. “Tidak, terima kasih, Pak. Hand
phone ini sangat berguna bagi Bapak,” ucap Iwan. “Terima saja, Wan. Kamu
tidak perlu khawatir, saya sudah membeli hand
phone baru,” kata Pak Deni sambil memberikan hand phone lamanya kepada Iwan. “Wah, terima kasih banyak. Pak Deni
memang orang yang sangat baik,” jawab Iwan tersenyum.
Sumber: Majalah Bobo
TUGAS BAHASA INDONESIA
Komentar
Posting Komentar